Peduli

Seperti judul perikop di atas yaitu peduli. Maka saya sebagai penulis blog ingin berbagi cerita mengenai kepedulian. Toh jika punya ilmu lebih baik disebarkan, bukan?

Jadi, sempat beberapa kali saya bingung bagaimana cara berbagi keresahan maupun uneg-uneg yang sudah lama terpendam di hati saya. Karena saya sendiri adalah tipe pendengar dan pemikir jalan tengah(moderator), sehingga setiap info yang saya dapat tak langsung saya terima mentah-mentah.

Kasus pertama yang membuat saya begitu resah ialah kandungan Pb (timbal) yang sangat tinggi di sekitar kita. perlu diketahui, bahwa timbal punya dampak yang sangat mengerikan jika sering terpapar, yaitu kerusakan otak. Timbal sendiri berasal dari pembuangan gas bermotor. sebenarnya tidak hanya itu. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan, pada ceker ayampun ada kandungan timbal yang cukup besar. Apa yang terjadi jika kita memakan ceker ayam, ditambah polusi udara yang meraja lela..? Tapi bukan "kita" kekhawatiran saya yang terbesar. Melainkan masa depan generasi bangsa. Anak cucu kitalah yang saya takutkan. Otak mereka yang lama kelamaan (yang saya takutkan) akan menyusut.

Orang terkadang menyerap suatu informasi mentah-mentah, sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih mengenai masalah tersebut. Saya beri sebuah contoh. Ada yang mengatakan suatu info A yang rada berbau sara. Seorang yang begitu sensitif pasti langsung menjadi reaktif tanpa tahu bukti dari kebenaran itu sendiri. Kebalikan dari reaktif adalah proaktif. Yaitu bersikap dengan tenang dengan mempertimbangkan kebenaran dari fakta-fakta yang ada.

Hal di atas bisa saya masukkan ke dalam kasus kedua, yakni bencana kabut asap. Kabut asap saat ini merupakan bencana kabut asap terparah sepanjang sejarah. Saya yakin, beberapa dari kita sangat peduli, bahkan marah kepada pemerintah karena lamban bertindak. Kita menuntut ini-itu pada Pak Presiden, TANPA memerhatikan keefektifan dari hal yang kita perbuat. Saya melihat dari sudut pandang saya, kinerja pemerintah sudah berjalan sangat baik di beberapa sisi. Pembangunan jalan utama di seluruh kota Indonesia sudah hampir selesai, bukan? Kenapa kita tidak mengapresiasi kinerja pemerintah yang luar biasa tersebut? Saya merasa agak marah kepada orang yang hanya bisa protes dan menuntut. Seolah-olah pemerintah tidak bekerja sama sekali. Kalau benar hal itu terjadi, kita bisa apa? Hanya protes dan menuntut saja? Para korban tak bisa menerima bantuan dari omongan saja. Daripada hanya protes lebih baik didoakan, bukan? Apalagi ditambah tindakan nyata kepedulian. Tak perlu muluk-muluk dengan jadi relawan (kecuali memang Anda ingin). Cukup sumbangkan uang di yayasan, cintai alam, tanam pohon. Itu sudah lebih dari cukup.

Lalu apa inti dari kedua kasus di atas? Kepedulian butuh TINDAKAN NYATA! Tidak hanya sekedar ucapan atau keharuan semata. Kita bisa memajukan Indonesia supaya lebih baik. Berhentilah cuek. Berhentilah protes dan menuntut. Lihat sekeliling dan lakukan apa yang seharusnya bisa dilakukan. Menjadi yang terbaik dari diri kita, itulah tujuan masing-masing individu kan?

Semoga tulisan ini bermanfaat. GBU as always

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kucing imut punya mbak Lifi

Haruskah ditanyakan?